Total Tayangan Halaman

Sabtu, 24 September 2011

Dampak HP Bagi Pelajar (sebuah analisis)

By: Yanti Kamiarsih 

Perkembangan teknologi yang semakin canggih merupakan dampak dari adanya globalisasi. Dan teknologi semacam ini dapat diartikan sebagai tuntutan untuk melakukan setiap aktifitas serba instant dan super cepat. Telah menjadi hal biasa dan bahkan bisa dikatakan ketinggalan jaman atau istilah populernya biasa disebut  gaptek (gagap teknologi) apabila tidak menggunakan produk-produk yang diciptakan dari teknologi semacam ini.
Di zaman sekarang, teknologi yang semacam ini telah banyak melahirkan alat-alat canggih, salah satunya adalah hand phone (telepon genggam) dan biasa dinamai HP saja yang merupakan alat komunikasi seluler praktis serta bisa dibawa kemanapun berada. Pengguna akan HP ini ternyata tidak terbatas pada kalangan dewasa saja, melainkan mereka yang masih berstatus pelajar baik dari jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama serta sekolah menengah ataspun sudah cekatan mengoperasikan alat komunikasi selular ini. Nah, yang menjadi permasalahnya adalah terletak pada pemegang HP yang mana status mereka masih sebagai pelajar, dalam hal ini lebih dikhususkan kepada siswa. Fakta berbicara bahwa disekolah-sekolah yang ada di desa maupun dikota, ketika proses pembelajaran berlangsung para siswa yang memiliki HP tidak fokus terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di kelas. Secara sembunyi-sembunyi atau bahkan secara terang-terangan mereka bermain HP yang terkadang HP ini dijadikan sebagai alat untuk hal-hal negatif seperti adanya foto-foto dan video porno, dan banyak sekali sesuatu yang sifatnya negaif. Aktifitas semacam ini tidak hanya dilakukan oleh satu maupun dua siswa saja, melainkan tujuh puluh lima persen dari siswa yang melakukannya (pelajar jenjang pendidikan menengah pertama sampai pendidikan menengah keatas). Selain itu, aktifitas semacam ini juga didukung dengan adanya promosi besar-besaran harga pulsa murah yang terjangkau sesuai dengan isi kantong pelajar, hal ini juga diikuti dengan bermacam embel-embel menarik seperti bonus pulsa yang melimpah ruah oleh pembisnis pulsa, sehingga bisa dipastikan yang ada di pikiran pelajar adalah menggunakan bonusan pulsa secara maksimal dengan kurang memperhatikan situasi, kondisi, dan juga tempat dimana mereka berada, dan ini dapat menimbulkan rasa malas belajar dalam diri mereka akibat terlalu asyik bermain HP.
Dalam kasus seperti ini, para tokoh pendidikan berusaha memikirkan solusi bagaimana cara meminimalisir  hal tersebut agar dampak negatifnya tidak menyerang para pelajar. Karena baik buruknya bangsa ini tergantung pada generasi mudanya yang saat ini kebanyakan dari mereka masih berada di bangku sekolah.
Di sisi lain, tentunya para pembisnis yang notabene selalu memanfaatkan dan mencari peluang-peluang untuk meraup profit secara besar-besaran tidak berhenti mengeluarkan alternatif produk-produk baru yang mempunyai tingkat profit lebih besar dari sebelumnya dengan sasaran konsumen semua kalangan tanpa melihat dampak yang diterima kosumennya tersebut, karena memang kebanyakan dari pembisnis beroretasi pada dalil pragmatisme. Dalam beberapa dekade inipun kita telah melihat adanya perang tarif termurah antar operator seluler untuk mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya. Menurut data pada tahun 2009 keuntungan operator seluler terbesar di dunia meningkat sampai 29,6%.
Diperkuat lagi dengan tarif telekomunikasi telah menjadi begitu murah. Kondisi ini semakin didukung oleh kebijakan menkominfo yang menurunkan tarif interkoneksi oleh pemerintah yang diharapkan mampu mendorong operator seluler untuk menurunkan tarif telekomunikasi atar operator. (posted by Faridauliatanjung in pemikiranku, pengetahuan menarik, 31 Januari 2010).
Nah, bussiness vs education, siapa yang untung dan siapa yang rugi???. Melihat fenomena semacam ini, kita tentunya sebagai generasi penerus dan pemikir kemajuan pendidikan yang respon terhaap hal seperti ini hendaknya mampu menawarkan solusi yang tepat khususnya terkait dengan pelurusan kembali tugas dan tanggung jawab siswa nantinya ketika mereka berposisi sebagai generasi penerus yang mengelola bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar