Total Tayangan Halaman

Sabtu, 24 September 2011

Pelatihan Metode Tilawati dan BCM oleh FOKKUS (sekilas info)

Compiled By: Yanti Kamiarsih

            Al Qur’an merupakan kalam Allah yang di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk mulia bagi manusia di alam semesta ini. Allahpun menjanjikan kepada hambaNya akan melimpahkan pahala bagi yang membacanya,  Inillah salah satu kehebatan dari membaca Al Qur’an. Tetapi sebelum berbicara lebih mengenai membaca Al Qur’an, tentunya terlebih dahulu  perihal  basic learning yang diperkenalkan adalah bacaan huruf hijaiyah antara huruf alif sampai dengan huruf ya’. Ketika memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah, sebenarnya banyak metode yang digunakan selama ini hingga dapat dikatakan bahwa dari masa ke masa metode yang digunakan mengalami banyak perubahan menuju kepada perbaikan dalam membaca Al Qur’an. Sebagai contohnya, dahulu awal ketika belajar huruf hijaiyah metode yang digunakan adalah metode Baghdadi, selang  beberapa waktu kemudian ada metode baca iqro’, disini yang bersangkutan (baca:siswa) dalam membaca  huruf hijaiyah bisa dikatakan baik, tetapi sayangnya metode-metode tersebut masih kurang efektif dalam arti untuk mengenal huruf hijaiyah waktu yang digunakan relatif lama, sehingga perlu adanya metode lain yang mampu membuat siswa bisa membaca baik huruf-huruf hijaiyah dari segi makharijul huruf, tajwid maupun panjang pendeknya huruf dan tentunya dengan pelafalan yang mudah untuk dipraktikkan.
            Adalah  tilawati merupakan salah satu    metode yang mampu memahamkan siswa dalam membaca huruf hijaiyah secara efektif sehingga mampu mengantarkan siswa untuk bisa membaca Al Qur’an dengan baik dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini merupakan latar belakang dari Tim  Forum Komunikasi dan Konsultasi (FOKKUS) TPQ  kec. Lowok Waru bekerja sama dengan Himpunan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (HMJ PAI) untuk mengadakan pembinaan dan pelatihan guru Al Qur’an TPQ, TKIT, SD/SDIT/MI se-kota Malang metode tilawati dan bermain cerita menyanyi (BCM) dengan tema “mengagungkan Islam dengan cinta Qur’an” yang bertempat di aula Micro Teaching UIN Maliki Malang. Pelatihan ini dilaksanakan dua kali yaitu  pada tanggal 28 dan 30 mei 2010. Walaupun pada tanggal 28 mei adalah tanggal merah karena merupakan hari kebangkitan nasional, ternyata hal itu bukan merupakan waktu yang hanya digunakan bersantai di rumah saja. Para peserta yang nota bene adalah seorang ustadz ustadzah pengajar Al Qur’an tetap antusias untuk mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir dengan penuh semangat.
            Acara yang dimulai pukul 07.30 WIB itu diawali dengan pembukaan  oleh pembawa acara (Neneng Haryani) dan untuk selanjutnya masuk kepada acara inti yaitu pelatihan metode tilawati yang dibimbing langsung oleh Ustadz Zainal Arifin yang lebih akrab dengan panggilan Ustadz Zen. Beliau (baca:pemateri) dalam pelatihan tersebut menyampaikan bahwa pendidikan Al Qur’an masih banyak mengalami problematika, secara garis besar problematika tersebut  ada lima poin diantaranya: kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an belum sesuai dengan target, metode pembelajaran masih belum menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga proses belajar tidak efektif, tidak adanya keseimbangan keuangan antara pemasukan dan pengeluaran, waktu pendidikan masih terlalu lama sehingga banyak santri drop out sebelum khatam Al Qur’an serta kelas TQA pasca TPQ belum bisa terlaksana. Oleh karena itu, dengan pembinaan metode tilawati ini diharapkan problematika-problematika tersebut bisa di minimalisir sehingga pengajaran Al Qur’an bisa berjalan optimal.
            Alur pelatihan tilawati tersebut dimulai dengan pemateri yang berperan sebagai seorang mu’allim sedangkan peserta berperan sebagai muridnya. Pelatihan yang menyenangkan karena disisipi dengan guyonan tersebutpun menambah banyak pengalaman bagaimana cara menciptakan proses belajar yang menyenagkan. Karena   tilawati ini merupakan  metode belajar membaca Al Qur’an yang disampaikan secara seimbang antara pembiasaan melalui pendekatan klasikal dan kebenaran membaca melalui pendekatan individual dengan teknik baca simak baik itu dengan menggunakan buku tilawati maupun dengan media peraga, dan tentunya dalam pelafalannya menggunakan lagu rost.
            Pada hari kedua (tanggal 30 mei 2010), pelatihan tilawati dilanjutkan kembali dan ditambah dengan metode  bermain cerita  menyanyi  (BCM) pada pagi harinya oleh ustadz Samsul Arifin. Pelatihan pada hari kedua inipun tak kalah menyenangkan karena ketika proses pembelajaran tilawati merasa sedikit bosan, pemateri mulai memberikan metode BCM yang di dalamnya para peserta diajak menyelam kembali seperti anak kecil dengan mengikuti permainan, cerita, dan menyayikan bermacam nyanyian serta tepukan riang yang dapat merileksasi kembali otak sehingga tidak terlalu tegang.
            Pelatihan tilawati dan BCM dibreak ketika azan dzuhur berkumandang guna memberi kesempatan peserta untuk ISHOMA sampai dengan pukul 13.00 WIB. Setelah itu para peserta  kembali untuk melaksanakan proses micro teaching secara individu dengan berperan sebagai mu’allim sekaligus sebagai murid dengan teknik seperti apa yang telah disampaikan pemateri dari awal hingga akhir pelatihan. Durasi yang diberikan kepada masing-masing peserta adalah maksimal lima belas menit. Proses micro teaching tersebut dijuri dari tim FOKKUS sendiri. Setelah micro teaching, para peserta melakukan munakosah di suatu ruang secara individu, mereka diuji mengenai kemampuan membaca Al Qur’an dan pengetahuannya tentang tajwid, cara baca musyikilat serta ghorib Al Qur’an yang ada pada buku tilawati jilid enam. Micro teaching dan munakosah yang sesuai dengan kriteria merupakan syarat untuk mendapatkan syahadah tilawati. Ketika semua peserta telah selesai melakukan micro teching dan munakosah, acara pelatihan ditutup dan diakhiri dengan pembagian sertifikat pelatihan metode tilawati dan BCM kepada para peserta.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar