Total Tayangan Halaman

Jumat, 23 September 2011

Tiga Pendekar dimasa Kecilku


 (Kisah nyata tentang ketulusan, semangat hidup, kerja keras, pantang menyerah yang dinukil dari majalah “cahaya hikmah” edisi 11 tahun 2007 halaman 20-21)

Saya lahir tahun 1978 dan dua tahun kemudian ibu saya meninggal karena suatu penyakit. Apalah yang dimiliki seorang anak umu 2 tahun ketika ditinggal ibunya kecuali tangis ketidaktahuan. Ketidaktahuan karena belum bisa berpikir tetapi telah diberi Tuhan perasaan sepi dan kehilangan. Di sebelah utara rumah saya, tinggal seorang pemuda idiot. Dia kira- kira berumur 12 tahun ketika ibu saya meninggal. Selain itu, di sebelahnya tinggal pula seorang pemuda lain berumur 20-an tahun yang belum pernah bersekolah, tidak bisa membaca dan bekerja sebagai kusir andong (kereta/bendi). Sementara di sebelah barat rumah saya, tinggal pemuda yang juga berumur 20-an tahun, terbelakang, bodoh, dan harus keluar dari kelas 1 SD karena tak bisa mengikuti pelajaran sedikitpun. Sebagai anak berumur 2 tahun, tentu saja saya belum mengenal mereka. Tetapi seiring waktu, saya mulai tahu bahwa merekalah sahabat terbaik dalam hidup saya. Akal saya yang semakin terasah ketika berumur 5 tahun dan ingatan yang semakin kuat mematri kenangan saya dngan 3 orang dalam hidup saya tersebut. Merekalah yang saya sebut sebagai 3 pendekar dalam hidup saya.
TIGA ORANG YANG SAMA-SAMA TERBELAKANG, TIDAK BISA MEMBACA DAN SERING DIANGGAP “AGAK KURANG” (BAHASA HALUS UNTUK SEDIKIT GILA) OLEH PARA TETANGGA, TERNYATA MERUPAKAN PENYELAMAT HIDUP SAYA.
Pertama, anak belasan tahun yang saya tahu dipanggil ADEK, idiot dan selalu mengeluarkan air liur dari mulutnya. Karena tak pernah memiliki teman bermain, sayalah yang selulu dipandangnya dari jendela rumah. Ketika semua orang mengusir dan anak-anak lain takut untuk mendekat, dia mencoba mengenal saya. Dialah yang kemudian merawat saya, karena ketiadaan ibu dan ayah yang terlalu jarang dirumah. Anak idiot itulah yang mengajari saya bermain, membuatkan wayang suket, mencari kodok di sawah, berendam di kali atau menonton karnaval 17 agustus yang tiap tahun diadakan di kota kecamatan. Pemuda dua puluhan tahun yang menjadi kusir andong tadibernama GANDUL. Keterbelakangannya justru menjadi sumber kebaikan hati. Setiap hari, begitu pulang dari bekerja, dia selalu menyisihkan uang Rp. 50-100 di bawah jok andongnya. Uang itu khusus disediakan untuk saya, anak SD yang tak pernah lagi menerima uang saku dari ayahnya. Selama bertahun-tahun gandul melakukan itu karena tahu bahwa saya tak pernah bisa jajan jika dia lupa menyisihkan. Dia juga yang mengajak saya jalan-jalan, menjadi kernet andong atau bersuka dengan kudanya. Pemuda ketiga bernama DARSIO, karena tak juga bisa melakukan apa yang dilakukan kawan-kawannya, dia dikeluarkan dari sekolah. Mulai itulah dia mendekati saya, mengajak saya bermain di kebunnya yang luas. Mencarikan buah apapun yang saya inginkan. Jika saya lagi kepingin pisang, dia akan mencarinya. Begitu pula ketika saya minya kelapa muda di satu siang yang panas, dia akan mengajak saya dan memetikkan beberapa. Darsio mengajari saya berenang, kadang berpetualang seharian ke tempat-tempat yang jauh, berjalan kaki dan melatih keberanian saya. Karena sebelumnya saya memang terlalu penakut dan mudah menangis. Agar tubuh saya kuat, dia juga member segelas susu kedelai dari pabrik tahu milik orang tuanya hampir setiap hari.
KETIKA PRANG ITU, 3 PENDEKAR YANG MENGISI HIDUP MASA KECIL SAYA. MENEMANI DENGAN TULUS SEHINGGA SAYA BISA BERPIKIR BAHWA TUHAN MEMANG MENGAMBIL IBU SAYA, TETAPI DIA MENGIRIMKAN 3 ORANG HEBAT DALAM HIDUP SAYA. KETIGANYA TERBELAKANG, TIDAK SEKOLAH, TAK BISA MEMBACA, BAHKAN 2 DIANTARANYA SAMPAI KINI TAK PUNYA ISTRI. TETAPI MEREKALAH YANG MENGAJARI SAYA BANYAK HAL, MENEMAI TAHUN-TAHUN SEPI, MEMBANTU SAYA SIAP UNTUK MANDIRI.
Kini saya 24 tahun dan akan segera menyelesaikan kuliah, karena pengalaman hidup itulah saya bisa bertahan hingga sekarang, merantau, mandiri, dan memiliki pandangan positif terhadap makhluk ciptaan Tuhan seperti apapun adanya. Untunglah saya dibesarkan oleh 3 orang idiot dan bukannya 3 orang professor, 3 orang kaya, atau 3 bisnisman, sehingga saya bisa MEMAKNAI HUBUNGAN ANTAR MANUSIA, BUKAN KARENA KAPASITAS INTELEKTUAL, UANG ATAU KESUKSESAN. Bagi sya, KETULUSAN UNTUK MEMBERI DAN SIKAP MENJADI MANUSIA SEUTUHNYA ITU LEBIH PENTING. Berkah dari 3 pendekar hebat, dan karena itulah saya selalu beranggapan, SEPERTI APAPUN KONDISINYA, HIDUP KITA DICIPTAKAN TUHAN SANGAT INDAH, KALAU MATA KITA MATA KITA MEMANDANGNYA DENGAN INDAH PULA.
“Tuan orang-orang yang celaka dan khatib para penduduk neraka. Saya adalah makhluk celaka dan terusir. Ini adalah akhir dari apa yang saya beritahukan kepada engkau, dan saya mengatakan sejujurnya”
“Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, awal dan akhir, dhahir dan bathin. Dan semoga shal dan kepada awat dan salam sejahtera tetap diberikan kepada seorang Nabi yang Ummiy dan kepada keluarganya yang suci juga para sahabat yang setia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar